Jumat, 15 April 2011

makalah filsafat

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Ontologi merupakan salah satu di antara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Awal mula alam pikiran Yunani telah menunjukkan munculnya perenungan di bidang ontologi yang tertua di antara segenap filsafat Yunani yang kita kenal adalah Thales. Atas perenungannya terhadap air merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula dari segala sesuatu.
Dalam persoalan ontologi orang menghadapi persoalan bagaimanakah kita menerangkan hakikat dari segala yang ada ini? Pertama kali orang dihadapkan pada adanya dua macam kenyataan. Yang pertama, kenyataan yang berupa materi (kebenaran) dan kedua, kenyataan yang berupa rohani (kejiwaan).

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah filsafat islam dan umum; sistematika filsafat ini, penyusun membuat rumusan masalah sebagai barikut:
- Apakah yang dimaksud dengan ontologi
- Bagaimana ontologi menurut perspektif islam

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagi berikut:
1. Untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah
filsafat umum dan islam.
2. Untuk memperdalam wawasan keilmuan mengenai baik filsafat umum maupun filsafat islam terutama dalam segi sistematika filsafat.
3. Dapat mengetahui pengertian sistematka filsafat : epistemologi, ontologi, dan aksiologi.
D. Metode Pengumpulah Data
Metode yang penyusun ambil dalam penulisan makalah ini adalah metode studi kepustakaan yaitu dengan membaca sumber-sumber reverensi dari buku –buku yang menerangkan sistematika filsafat dan dari internet.


E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini adalah untuk Mengetahui secara garis besardari penulisan ini, dan untuk mempermudah dalam memahami isinya, kemudian penulisan ini dibagi kedalam empat judul, yaitu sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
a. Latar belakang Masalah
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan Penulisan
d. Metode Pengumpulan Data
e. Sistematika Penulisan
BAB II Pembahasan
Pada tahap bab dua ini menjelaskan tentang materi yang akan disampaikan penulis yang berkenaan dengan masalah penulisan ini, yaitu tentang sistematika filsafat dan penjabaran tentang hal-hal yang bersangkutan dengan judul ini baik definisi, jenis- jenisnya dan lain-lain.

BAB III Penutup













BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ontologi secara Umum
Setelah membenahi cara memperoleh pengetahuan filosof mulai meghadapi objek-objeknya untuk memperoleh pengetahuan objek-objek itu dipirkan secara mendalam sampai pada hakekatnya inilah sebabnya bagian ini dinamakan teori hakekat ada yang menamakan bagian ontologi. Bidang pembicaraan teori hakikat luas sekali segala yang ada dan yang mungkin ada yang boleh juga mencakup pengetahuan dan nilai. Apa itu hakekat ? hakikat ialah realitas : realitas ialah ke-real-an; real artinya kenyataan yang sebenarnya; jadi hakikat kenyataan yang sebenarnya kenyataan sebenarnya sesuatu, bukan keadaan sementara atau keadaan yang menipu , hukum keadaan yang berubah.
Kata ontologi berasal dari perkataan Yunani: On = being, dan Logos = logik. Jadi Ontologi adalah The theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan). Louis O.Kattsoff dalam Elements of Filosophy mengatakan, Ontologi itu mencari ultimate reality dan menceritakan bahwa di antara contoh pemikiran ontologi adalah pemikiran Thales, yang berpendapat bahwa air lah yang menjadi ultimate subtance yang mengeluarkan semua benda. Jadi asal semua benda hanya satu saja yaitu air”.
Sidi Gazalba dalam bukunya Sistematika Filsafat mengatakan, ontologi mempersoalkan sifat dan keadaan terakhir dari kenyataan. Karena itu ia disebut ilmu hakikat, hakikat yang bergantung pada pengetahuan. Dalam agama ontologi memikirkan tentang Tuhan.
Amsal Bakhtiar dalam bukunya Filsafat Ilmu mengatakan, ontologi berasal dari kata ontos = sesuatu yang berwujud. Ontologi adalah teori/ilmu tentang wujud, tentang hakikat yang ada. Ontologi tidak banyak berdasar pada alam nyata, tetapi berdasar pada logika semata-mata.
Objek telaah Ontologi tersebut adalah yang tidak terlihat pada satu perwujudan tertentu, yang membahas tentang yang ada secara universal, yaitu berusaha mencari inti yang dimuat setiap kenyataan yang meliputi segala realitas dalam semua bentuknya. Adanya segala sesuatu merupakan suatu segi dari kenyataan yang mengatasi semua perbedaan antara benda-benda dan makhluk hidup, antara jenis-jenis dan individu-individu. Diantara cabang – cabang hakikat adalah sebagai berikut :
1. Kosmologi membicarakan hakikat asal, hakikat susunan, hakikat berada, juga hakikat tujuan kosmos.
2. Antrofologi membicarakan hakikat manusia.
3. Theodicea membahas mengenai hakikat tuhan
4. Theologia atau filsafat agama
5. Filsafat hokum
6. Filsafat pendidikan, Dll.
Dari pembahasannya memunculkan beberapa pandangan yang dikelompokkan dalam beberapa aliran berpikir, yaitu:
1. Materialisme;
Aliran yang mengatakan bahwa hakikat dari segala sesuatu yang ada itu adalah materi. Sesuatu yang ada (yaitu materi) hanya mungkin lahir dari yang ada.
2. Idealisme (Spiritualisme);
Aliran ini menjawab kelemahan dari materialisme, yang mengatakan bahwa hakikat pengada itu justru rohani (spiritual). Rohani adalah dunia ide yang lebih hakiki dibanding materi.
3. Dualisme
Aliran ini ingin mempersatukan antara materi dan ide, yang berpendapat bahwa hakikat pengada (kenyataan) dalam alam semesta ini terdiri dari dua sumber tersebut, yaitu materi dan rohani.
4. Agnotisisme.
Aliran ini merupakan pendapat para filsuf yang mengambil sikap skeptis, yaitu ragu atas setiap jawaban yang mungkin benar dan mungkin pula tidak.

B. Ontologi Menurut perspektif Islam
Dalam Islam, ontologi itu tidak sekedar yang tampak dan dapat dicerap oleh alam empiris, tapi lebih dari itu. Ada ”the ultimate reality” di balik yang empirik ini. Hakekat mutlak mendasari alam zahir; alam manusia, alam hewan, alam tumbuhan-tumbuhan, dan alam-alam lainnya.
Pemahaman ini agak berbeda dengan cara pamdang Barat yang membatasi dirinya dengan dunia empiris. Bagi mereka yang tampak dan diserap oleh panca indera itulah yang wujud. Di luar itu tak disebut wujud, tapi ilusi belaka. Pandangan mereka ini yang kemudian mengilhami lahirnya kalangan empik-positivistik, yang memonopoli istilah ”science” untuk untuk empirical.
Sementara bagi Islam, yang wujud itu tidak sekedar fisik, tapi transfisik atau metafisik. Alam fisik ini hanya pengejewantahan ’af’al sifat-sifat Allah yang metafisik. Oleh karena itu, Allah Swt. itu absolut, dan alam ini sebaliknya. Allah pencipta dan alam ciptaannya. Allah kekal dan alam tidak kekal.
Paham wujud (ontologi) yang benar menurut Islam, seperti disebutkan diatas, adalah yang mendasari paham manusia tentang alam (kosmologi). Kosmologi Islam, adalah ilmu tentang ”kaun”, alam fisikal. Alam ini selalu bergantung kepada Allah Swt.
Setiap titik alam selalu merujuk dan menjadi ayat kepada Tuhannya. Bahkan hukum sebab-akibat pun sebenarnya, mengikut pendapat ini, tidak bisa diakui. Konsep sebab-akibat mengimplikasikan proses yang independen dari Tuhan. Padahal tidak bisa demikian, karena hakekatnya semua yang ada tetap dibawa kuasa Allah, bukan akibat di bawah akibat. Contohnya adalah, ”Gerak kertas secara zahir memang berkaitan dengan gerak yang lain. Mungkin tangan, angin atau lainnya. Tapi penggerak hakiki tetap Allah Swt,”
Ontologi merupakan salah satu objek garapan filsafat ilmu yang menetapkan batas lingkup dan teori tentang hakikat realitas yang ada (being), baik berupa wujud fisik (al-tobi’ah) maupun metafisik (ma ba’da al-tobi’ah). Upaya penelaahan dan pemahaman terhadap hakikat alam semesta dan yang terkait di dalamnya sudah muncul sejak zaman Yunani kuno. Thales (631-550 SM), Bapak filsafat Yunani, misalnya, telah meneliti asal muasal kejadian alam semesta dan berkesimpulan bahwa segala sesuatu yang ada berasal dari air. Sepuluh abad berikutnya, al-Qur’an membirikan informasi dan menegaskan, bahwa segala sesuatu diciptakakn dari air. Allah befirman:
    •          •      
Artinya: “Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?”. (QS. Al-anbiya’, 21:30).
Kemudian diteruskan oleh filosof-filosof sesudahnya, Anaximandros (610-546 SM), Anaximenes (585-528 SM), dan Heraklitos (540-475 SM) yang akhirnya dikenal sebagai filosof Ionioan School (madrasah al-iyuniyah). Di tangan merekalah ditemukan empat elemen bumi yaitu air, api, udara dan tanah, yang dikenal sebagai al-ustuqsat al-arba’ah (elementum).
Atas dasar itulah, realitas (al-mawjud) dalam perspektif Islam juga meliputi fisika dan metafisika. Hanya, dalam diskursus filsafat Islam, objek kajiannya lebih banyak menyentuh persoalan metafisika, terutama bagian ketuhanan dan hubungannya dengan penciptaan alam semesta, sehingga filsafat dalam Islam disebut juga sebagai filsafat ketuhanan (al-falsafah al-ilahiyyah) atau filsafat pertama (al-falsafah al-ula), karena menyentuh pembahasan tentang Allah sebagai sebab pertama (causa prima). Adapun wilayah fisika terkait dengan ilmu-ilmu ke-alaman seperti kedokteran, ilmu alam, eksakta, Astronomi, dan lain-lain, yang di masa klasik Islam menjadi keahlian para filosof Islam.
Penjelasan dari teks di atas adalah semua yang ada di dunia ini adalah berasal dari Tuhan, dalam hal ini adalah Allah SWT sebagai sebab pertama. Segala ilmu yang ada sekarang ini adalah berasal ari-Nya. Dia-lah yang menciptakan segala yang ada di alam semesta ini. Baik yang ada di langit maupun yang ada di bumi.
Lebih dari itu, al-Qur’an memandang alam semesta sebagai ciptaan Tuhan dengan menggunakan kata dasar (al-khalq). Istilah ciptaan, yang berarti makhluk dan terulang sebanyak 57 kali dalam al-qur’an ini adalah kata serupa yang digunakan untuk mengungkapkan perilakku penciptaan itu sendiri., yakni khalaqa, yang menunjukkan proses kejadian alam semestayang tunduk kepada hukum-hukum kausalitas (al-sababiyah) yang tidak tunduk kepada perubahan dan penggantian (tahwil:tabdil), sebagaimana yang dinyatakan oleh Al-Qur’an, Allah berfirman:
                • •    •      •   
Artinya: “karena kesombongan (mereka) di muka bumi dan karena rencana (mereka) yang jahat. rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan (berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang terdahuluMaka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu”. (QS. Fatir 35:43)
Dalam ayat lain:
•          •   
Artinya: “Sebagai sunnah Allah yang Berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu sebelum (mu), dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati peubahan pada sunnah Allah”. (QS. al-Ahzab 33:62)
Dalam ayat lain:
•          •  
Artinya: “Kami menetapkan yang demikian) sebagai suatu ketetapan terhadap Rasul-rasul Kami yang Kami utus sebelum kamudan tidak akan kamu dapati perobahan bagi ketetapan Kami itu”. (QS. al-Fath, QS. Al-Isra’ 17:77)
Ibnu Rusyd memandang realitas itu ada tiga macam, yaitu sebagai berikut:
Pertama, realitas yang adanya dari tiada dan tidak disebabkan oleh apapun atau tidak didahului oleh adanya ruang dan waktu. Realitas inidisebut dengan realitas azali dan abadi yang merupakan sebab bagi adanya segala sesuatu. Dalam istilah agama realitas azali disimbolkan sebagai tuhan (Allah) yang transenden dalam semua aspek-aspeknya.
Kedua, realitas yang adanya dari sesuatu (misalnya bahan materi) karena sebab tertentu, serta didahului oleh ruang dan waktu. Realits ini adalah semua benda yang ada didalam alam semesta ini, termasuk keempat elemen bumi, yakni api, air, tanah, dan udara, yang dikenal dengan (al-ustuqsat al-arba’ah).
Ketiga, realitas yang adanya dari tiada, namun adanya karena sebab dan tidak didahului oleh ruang dan waktu. Realitas ini adalah alam sebagai terciptanya benda-benda didalamnya. Karena adanya tidak didahului oleh ruang dan waktu, maka ia azalai dan abadi seperti yang menyebabkannya. Hanya, realitas ini dibawah tingkatan realitas pertama sebagi sebab pertama yakni Allah yang maha tinggi.
















BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa, Kata ontologi berasal dari perkataan Yunani: On = being, dan Logos = logik. Jadi Ontologi adalah The theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan). Dari pembahasannya ontologi memunculkan beberapa pandangan yang dikelompokkan dalam beberapa aliran berpikir, yaitu:
1. Materialisme;
2. Idealisme (Spiritualisme);
3. Dualisme
4. Agnotisisme.
Ibnu Rusyd memandang realitas itu ada tiga macam, yaitu sebagai berikut:
Pertama, realitas yang adanya dari tiada dan tidak disebabkan oleh apapun atau tidak didahului oleh adanya ruang dan waktu. Realitas inidisebut dengan realitas azali dan abadi yang merupakan sebab bagi adanya segala sesuatu. Dalam istilah agama realitas azali disimbolkan sebagai tuhan (Allah) yang transenden dalam semua aspek-aspeknya.
Kedua, realitas yang adanya dari sesuatu (misalnya bahan materi) karena sebab tertentu, serta didahului oleh ruang dan waktu. Realits ini adalah semua benda yang ada didalam alam semesta ini, termasuk keempat elemen bumi, yakni api, air, tanah, dan udara, yang dikenal dengan (al-ustuqsat al-arba’ah).
Ketiga, realitas yang adanya dari tiada, namun adanya karena sebab dan tidak didahului oleh ruang dan waktu. Realitas ini adalah alam sebagai terciptanya benda-benda didalamnya. Karena adanya tidak didahului oleh ruang dan waktu, maka ia azalai dan abadi seperti yang menyebabkannya. Hanya, realitas ini dibawah tingkatan realitas pertama sebagi sebab pertama yakni Allah yang maha tinggi.

1 komentar:

  1. Casino - Bracket betting guide for your chance to win
    The 토토 사이트 Casino 출장안마 is a unique casino that has been 바카라 사이트 around bsjeon for over a decade. It has managed to offer great games such https://septcasino.com/review/merit-casino/ as Blackjack, Roulette and Video Poker,

    BalasHapus